Minggu, 07 Maret 2010
IATA
IATA adalah suatu organisasi yang mengatur regulasi, peraturan penerbangan dan tarif.
Head officenya berada di Montreal, Canada.
Anggota IATA terdiri dari active member dan associate member.
Pembagian IATA Area (Traffic Conference/TC)
TC1 : benua Amerika (Amerika Utara, Tengah & Selatan), Greenland, Bermuda, pulau-pulau di Karibia dan di kepulauan Hawaii.
TC2 : Benua Afrika, Eropa termasuk Rusia di sebelah barat pegunungan Ural, Iceland, Azore, Middle East termasuk Iraq, Comoros, Malagasi, Mauritius, Mayotte, Reunion & Seychelles.
TC3 : Seluruh wilayah Asia (kecuali yg termasuk TC2), Australia, New Zealand, seluruh kepulauan di Pasifik yang tidak termasuk TC1.
Joint Traffic Conference (JTC) diartikan sebagai lalu lintas/pergerakan perjalanan penumpang antar TC.
Lalu lintas pergerakan perjalanan penumpang ini selanjutnya ditunjukkan dengan menggunakan Global Indicator (GI).
GI merupakan 2 letter code yang difungsikan untuk mengidentifikasi suatu arah/lalu lintas perjalanan penumpang.
Jenis-jenis GI:
1. EH (Eastern Hemisphere)
adalah suatu perjalanan yang dilakukan seluruhnya di TC2, TC3, dan dari/ke TC2 & TC3.
2. WH (Western Hemisphere)
adalah suatu perjalanan yang dilakukan seluruhnya berada di TC1.
3. PA (via Pacific)
jika perjalanan dilakukan dengan melewati samudra Pasifik.
4. AT (via Atlantic)
jika perjalanan dilakukan dengan melewati samudra Atlantik.
5. AP (via Pacific & Atlantic)
jika perjalanan dilakukan dengan melewati samudra Pacific & Atlantik ataupun sebaliknya.
6. TS (Trans Siberia)
jika perjalanan dilakukan dengan melewati dtt Siberia / perjalanan dari Jepang/Korea yang langsung menuju ke Eropa ataupun sebaliknya.
7. PO (Trans Northpole)
jika perjalanan melewati kutub utara/melewati point Anchorage (ANC).
Kamis, 04 Maret 2010
asal usul nama tempat di Jakarta
am Glodok
Asalnya dari kata ‘grojok’ yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh dari pancuran air. Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali Ciliwung. Orang Tionghoa dan keturunan Tionghoa menyebut grojok sebagai glodok karena orang tionghoa sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang pribumi.
Kwitang
Dahulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya bernama Kwik Tang Kiam. Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si kwi tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai kwitang.
Senayan
Dahulu daerah Senayan adalah milik seseorang yang bernama wangsanaya yang berasal dari Bali. Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan ‘Wangsanayan’ yang berarti tanah milik Wangsanaya. Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama Wangsanayan menjadi Senayan.
Menteng
Daerah Menteng Jakarta Pusat pada zaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak pohon buah-buahan. Karena banyak pohon buah menteng orang menyebut wilayah tersebut dengan nama kampong Menteng. Setelah tanah itu dibeli oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda maka daerah itu disebut Menteng.
Kampung Ambon
Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur . nama kampung Ambon sudah ada sejak tahun 1619. Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jenderal VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris. Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara. Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta timur. Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.
7 Pasar Senen
Pasar Senen pertama kali dibangun olehJustinus Vinck. Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck). Tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga dengan Pasar Senen (disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering menyebut Senen ketimbang Senin). Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin ramai, maka sejak tahun 1776 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.
9. Pasar Rumput
Pasar rumput adalah nama pasar yang berlokasi di jalan Sultan Agung, Jakarta Selatan. (catatan: yangtepat adalah di Jakarta Pusat). Pasar ini sekarang telah menyatu dengan pasar Manggarai. Asal mula penyebutan Pasar Rumput berasal dari adanya para pedagang yang menjual rumput di kawasan ini. Para pedagang rumput terpaksa berjualan di lokasi ini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke pemukiman elit Menteng. Saat itu penghuni daerah Menteng banyak yang memakai sado sebagai sarana angkutan. Seperti diketahui, sado adalah kendaraan yang ditarik oleh beberapa ekor kuda, nah banyaknya sado yang keluar masuk lingkungan Menteng inilah yang menjadi incaran para penjual rumput. Walaupun para pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di pasar rumput, masyarakat Jakarta sangat akrab dengan sebutan pasar Rumput.
Karet Tengsin
Nama daerah yang kini termasuk kawasan segitiga emas Kuningan ini berasal dari nama orang Cina yang kaya raya dan baik hati. Orang itu bernama Tan Teng Sien. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampong, maka Teng Sien cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Teng Sien. Karena pada waktu itu banyak pohon karet, maka daerah itu dikenal dengan Karet Tengsin.
Lebak Bulus
Daerah yang terkenal dengan stadion dan terminalnya diambil dari kata ‘Lebak’ yang artinya ‘lembah’ dan ‘bulus’ yang berarti ‘kura-kura’. Jadi lebak bulus dapat disamakan dengan lembah kura-kura.kawasan ini memang kontur tanahnya tidak rata seperti lembah dan di kali Grogol dan kali Pesanggrahan-dua kali yang mengalir di daerah tersebut-memang banyak terdapat kura-kura alias bulus.
Kebagusan
Na Nama kebagusan-daerah yang menjadi hunian mantan presiden Megawati-berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang. Konon, kecantikan gadis keturunan kesultanan Banten inimembuat banyak pemuda ingin meminangnya. Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu, ia akhirnya memilih bunuh diri. Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu bagus.
Ragunan
Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang disandang tuan tanah pertama kawasan tersebut bernama Hendrik Lucaasz Cardeel, yang diperolehnya dari sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, putra Sultan Ageng Tirtayasa.
Condet Batu Ampar dan Balekambang
Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri, namanya pangeran Geger dan Nyai Polong, memiliki beberapa orang anak. Salah satu anaknya perempuan, diberi nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Pangeran Astawana, anak pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makassar pun tertarik melamarnya. Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan di atas empang, dekat kali Ciliwung, yang harus selesai dalam satu malam. Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda, esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale disebuah empang dipinggir kali Ciliwung. Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga pangeran Tenggara, dibuat jalan yang diampari (dilapisi) Batu.
Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu itu selanjutnya disebut batu Ampar, dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang diatas air itu disebut Bale Kambang.
sejarah nama tempat di jakarta
Cawang
Kawasan Cawang dewasa ini menjadi sebuah kelurahan Kelurahan Cawang, Kecamatan Kramatjati, Kotamadya Jakarta Timur.
Nama kawasan tersebut berasal dari nama seorang Letnan Melayu yang mengabdi kepada Kompeni, yang bermukim disitu bersama pasukan yang dipimpinnya, bernama Enci Awang.(Awang, mungkin panggilan dari Anwar). Lama – kelamaan sebutan Enci Awang berubah menjadi Cawang. Letnan Enci Awang adalah bawahan dari Kapten Wan Abdul Bagus, yang bersama pasukannya bermukim dikawasan yang sekarang dikenal dengan nama Kampung Melayu, sebelah selatan Jatinegara.
Kurang jelas, apakah sebagian atau seluruhnya, pada tahun 1759 Cawang sudah menjadi milik Pieter van den Velde, di samping tanah – tanah miliknya yang lain seperti Tanjungtimur atau Groeneveld, Cikeas, Pondokterong, Tanjungpriuk dan Cililitan (De Haan, 1910:50).
Pada awal abad ke-20 Cawang pernah menjadi buah bibir, karena disana bermukim seorang pesilat beraliran kebatinan, bernama Sairin, alias Bapak Cungok. Sairin dituduh oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai dalang kerusuhan di Tangerang pada tahun 1924. Di samping itu. Ia pun dinyatakan terlibat dalam pemberontakan Entong Gendut, di Condet tahun 1916. Condet pada waktu itu termasuk bagian tanah partikelir Tanjung Oost (Poesponegoro 1984, (IV):299 – 300).
Cililitan
Kawasan Cililitan dahulu terbentang dari sungai Ci Liwung di sebelah barat, sampai sungai Ci Pinang di sebelah timur. Sebelah selatan berbatasan dengan kawasan Kampung Makasar dan Condet. Di sebelah utara berbatasan dengan kawasan Cawang . Bagian sebelah barat Jalan Dewi Sartika sekarang sebatas simpangan Jalan Kalibata, biasa disebut Cililitan Kecil, sedangkan yang terletak disebelah timur Jalan Raya Bogor, dikenal dengan nama Cililitan Besar. Dewasa ini nama Cililitan dijadikan nama kelurahan, Kelurahan Cililitan, Kecamatan Kramatjati, Kotamadya Jakarta Timur.
Nama Cililitan diambil dari nama salah satu anak sungai Ci Cipinang. Dewasa ini anak sungai tersebut sudah tidak ada lagi bekas – bekasnya. Kata ci, adalah bahasa Sunda, mengandung arti “air sungai” Lilitan lengkapnya lilitan – kutu, adalah nama semacam perdu yang bahasa ilmiahnya Pipturus velutinus Wedd., termasuk famili Urticeae (Fillet 1888:201).
Pada pertengahan abad ke- 17 kawasan Cililitan merupakan bagian dari tanah partikelir Tandjoeng Oost, ketika masih dimiliki oleh Pieter van der Velde (De Haan 1910:50). Kemudian beberapa kali berpindah pindah tangan. Sampai diganti namanya menjadi lapangan Udara Halim Perdanakusumah. Lapangan udara tersebut biasa disebut Lapangan Udara (vliegeld, kata orang Belanda) Cililitan.
Hek
Tempat yang terletak antara Kantor Kecamatan Kramatjati dan kantor Polisi Resor Kramatjati, sekitar persimpangan dari jalan Raya Bogor ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) terus ke Pondokgede, dikenal dengan nama Hek.
Rupanya, nama tersebut berasal dari bahasa Belanda. Menurut Kamus Umum Bahasa Belanda – Indonesia (Wojowasito 1978:269), kata hek berarti pagar. Tetapi menurut Verklarend Handwoordenboek der Nederlandse Taal (Koenen- Endpols, 1946:388), kata hek dapat juga berarti pintu pagar (“..raam-of traliewerk…”). Dari seorang penduduk setempat yang sudah berumur lanjut, diperoleh keterangan, bahwa di tempat itu dahulu memang ada pintu pagar, terbuat dari kayu bulat, ujung – ujungnya diruncingkan, berengsel besi besar – besar, bercat hitam. Pintu itu digunakan sebagai jalan keluar – masuk kompleks peternakan sapi, yang sekelilingnya berpagar kayu bulat. Kompleks peternakan sapi itu dewasa ini menjadi kompleks Pemadam Kebakaran dan Kompleks polisi Resort Keramatjati. Sampai tahun tujuh puluhan kompleks tersebut masih biasa disebut budreh, ucapan penduduk umum untuk kata boerderij, yang berarti kompleks pertanian dan atau peternakan.
Kompleks peternakan tersebut merupakan salah satu bagian dari Tanah Partikelir Tanjoeng Oost, yang pada masa sebelum Perang Dunia Kedua terkenal akan hasil peternakannya, terutama susu segar untuk konsumsi orang – orang Belanda di Batavia. (Sumber: De Haan 1935: Van Diesen 1989).
Pondok Gede
Merupakan penyebutan wilayah yang ada dipinggiran sebelah Timur Jakarta yang berbatasan dengan daerah Bekasi. Yang tersisa sekarang adalah penyebutan untuk Pasar Pondok Gede. Nama Pondok Gede berasal dari sebuah bangunan besar yang disebut dengan Landhuis. Bangunan Landhuis adalah rumah besar yang terletak dipinggiran kota sebagai tempat tinggal dan sekaligus sebagai tempat pengurus usaha pertanian dan peternakan.
Sekitar tahun 1775 lokasi ini adalah lahan pertanian dan peternakan yang disebut juga dengan anderneming. Pondok Gede adalah milik tuan tanah yang bernama Johannes Hoojiman yang kaya raya. Bangunan pondok gede merupakan satu – satunya bangunan rumah besar yang ada dilokasi tersebut dan bagi masyarakat pribumi sering disebut pondok gede.
Pondok Rangon
Merupakan nama kampung yang ada diperbatasan Jakarta dengan Bekasi di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Wilayah Pondok Rangon cukup luas dengan batasnya:
-Sebelah Utara berbatasan dengan markas Hankam Cilangkap
-Sebelah Barat berbatasan dengan jalan Jagorawi dan
-Sebelah Timur berbatasan dengan Kali Sunter dan Pondok Gede
Asal – Usul nama Kampung Pondok Rangon berdasarkan cerita lisan masyarakat adalah sebagai berikut. Pada masa lalu ada seorang lelaki tua (aki – aki) yang bermukim disuatu tempat dengan seorang nenek – nenek yang ditemukan ditempat tersebut tanpa melalui perkawinan. Bagi masyarakat Sunda menyebut kehidupan kakek nenek itu dengan istilah Rangon. Karena kakek nenek itu tinggal disuatu pondok, maka masyarakat menyebut tempat itu dengan nama pondok rangon.
Bandar Udara Halim Perdanakusuma
Pada masa perang kemerdekaan, Halim Perdanakusuma dan Opsir Iswahyudi mendapat tugas untuk membawa pesawat tempur yang baru dibeli. Pesawat itu sendiri berada di Muangthai (Thailand). Untuk mempelajari pesawat tempur yang sebelumnya merupakan pesawat angkutan itu, Halim hanya membutuhkan waktu selama kurang lebih 5 hari. Tapi dalam buku sejarah yang dikeluarkan Mabes TNI AU itu, tidak tersebutkan negara mana yang membuat pesawat tersebut.
Dari Thailand pesawat menuju ke Indonesia. Namun malang, pesawat itu tak kunjung sampai. Diperkirakan, pesawat itu terjatuh di kawasan pantai selat Malaka. Tak lama kemudian, nelayan menemukan sosok mayak yang terdampar di kawasan pantai. Dan saat itu kodisi jenazah sangat sulit diidentifikasi. Namun akhirnya jenazah itu diduga merupakan jenazah Halim Perdanakusuma. Sedangkan jenazah Iswahyudi hingga kini belum diketemukan. Sebagai tanda penghargaan, keduanya dijadikan pahlawan nasional Indonesia dan nama Halim Perdanakusuma diabadikan sebagai Bandara Pangkalan TNI AU di Jakarta Timur sedangkan Iswahyudi diabadikan sebagai Pangkalan TNI AU di Madiun.
Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2003 pkl. 00.00 BBWI akan diberlakukan uji coba jalan tol JORR ruas E1 seksi 1 (Taman Mini Junction - Ceger). Dengan dibukanya ruas tersebut, maka pengguna jalan tol JORR tujuan Ceger / Cilangkap dapat langsung keluar melalui Gerbang Tol Kampung Rambutan 3, berbeda dengan sebelum ini yang harus keluar melalui Gerbang Tol Kampung Rambutan 2 untuk kemudian berputar di depan TMII.
PONDOK GEDE
Pada tahun 1775 seorang Belanda bernama Hooyman membangun sebuah gedung dengan selera campur aduk antar gaya Eropa dengan corak Jawa. Dituturkan oleh penulis Belanda bahwa interiornya dibuat dengan selera tinggi, kusen pintu dan jendela diberi ukiran indah serta langit-langit dan dindingnya diperelok denga pigura artifisial. Karena rumah ini besar, sekalipun pemiliknya merendah dengan menyebut Pondok, tetapi masyarakat setempat memanggil langoed tersebut sebagai Pondok Gede. Keberadaan Hooyman tidak banyak diceritakan dalam sejarah Pondok Gede. Seperempat abad kemudian kepemilikan langoed Pondok Gede ini jatuh ke tangan Lendeert Miero. Dan ini orang yang aneh alias kontroversial.
Toean tanah Lendeert Miero alias Juda Leo Ezekiel adalah orang Yahudi asal Polandia yang ikut mencari nafkah di Betawi. Ia datang ke Betawi dalam keadan lontang-lantung, dan bisa bangkit menjadi Tuan Tanah kaya raya. Selain langoed Pondog Gede ia juga memiliki sebuah rumah mewah yang sampai sekarang (2003) masih bisa disaksiken kehebatannya. Gedung Arsip Nasional di terletak jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat.
Setelah hidup sukses, kerjanya sehari-hari hanya bersenang-senang dan berpesta. Maklum kalau menurut pitutur Robert "Rich Dad Poor Dad" uang sudah bekerja untuknya. Salah satu kesenangan Lendeert adalah mengundang ratusan tamu bukan untuk merayakan hari ulang tahunnya melainkan hari kepedihannya. Lho kok kepedihan?
Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susah ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia terlanggar apes, kedapatan tidur nyenyak waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali cambukan rotan dipunggungnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.
Ia berhasil...
Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah.
Rumahnya yang besar, pada 1992 dirobohkan untuk dijadikan Toserba.
Banyak pihak yang menyayangkan pembongkaran tersebut, tetapi siapa peduli dengan sejarah. Jadi kalau ada yang bertanya, kenapa namanya Pondok Gede padahal pondoknya tidak ada. Itulah jawabannya
National Monument
tha contest was closed, but from many sketches no one could be the winner. because he felt unsatisfied, he made the second contest. In the second contest only have the Runner-up, he is Mr. Frederick Silaban. Mr. Soekarno chose his sketch to be the sketch of picture describe the struggle of Indonesian peoples as Lingga and Yonie means Valos. He was appointed Ir. Soedarsono as the architect of processed to built Monas.
On August 17th 1961, Monas was built by Ir. Soedarsono as the presidential architect and Prof. Dr. Ir. Roeseno as the consultant led by Ir. Soekarno. Monas was finished in 1967, in 6 years the cost to built Monas is 7 billion rupiahs, 5.9 from self supported peoples funds and 1.1 billion from APBD (National Budget).
Other countries also participated in Monas processed, such as Italy as the producer of marble, germany as the electricity expert and Japan as the technician who made the elevator. Monas used as point 0 (zero) kms as the central of Jakarta.
Monas has wide 90 hectares and the height is 132 meters. Why 132 m used as Monas height? because 132 meters is the holy numbers if 1 x 3 x 2 = 6, and if 1 + 3 + 2 = 6. The results of adding and multiplication are same there was 6. It means 6 years the time to built Monas.
In the early, the peoples who visited Monas only government peoples and country guests. Then on July 12th 1975 Monas was opened for public by DKI Jakarta's governor Mr. Ali Sadikin. The technician said that Monas building is strong, because designed for endure of earthquake 8.5 skala richter.
Tarumanegara Kingdom
Raja terbesar yang pernah memimpin Tarumanegara adalah Purnawarman sebagai raja ketiga. karena Purnawarman memiliki proyek besar untuk menggali kali Gomati dan Chandrabhaga. Chandar yang berarti bulan dan Bhaga yang berarti bagian jadi, arti dari Chandrabhaga adalah bagian dari bulan. pengucapan Chandrabhaga terkadang berubah menjadi Sashibhaga atau Bhagasashi dan juga karena campuran dari orang Belanda menyebutnya dengan Baccasie. Dari kata Baccasie sekarang menjadi Bekasi.
Purnawarman menggali kali Gomati dan Chandrabhaga untuk mengatasi banjir pada musim penghujan dan untuk irigasi pada musim kemarau. Makam Jayasingawarman terletak di tepi kali Gomati dan makam Dewawarman di sekitar kali Chandrabhaga. Kali Chandrabhaga sepanjang 6.112 tombak (11 kilometer) dalam waktu 21 hari. Setelah penggalian usai, Purnawarman membuat upacara syukuran dengan memberikan 1.000 sapi kepada Brahmana. Purnawarman juga membangun ibukota baru pada 397 yang berlokasi di Sundapura berdasarkan naskah Wangsakerta.
Ada 7 prasasti yang menceritakan mengenai kerajaan Tarumanegara yakni 1 berlokasi di Banten, 1 di Bekasi, dan 5 di Bogor. Prasasti tersebut antara lain:
1. Prasasti Tugu, yang ditemukan di desa Batutumbu, kecamatan Tarumajaya, kabupaten Bekasi. Sekarang prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional di Jakarta. Prasasti tersebut
menceritakan tentang penggalian kali Gomati dan Chandrabhaga pada tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman dalam memimpin Tarumanegara.
2. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul yang ditemukan di desa Lebak, kecamatan Munjul, kabupaten Pandeglang, provinsi Banten.
3. Prasasti Kebon Kopi, yang dibuat pada tahun 400 M dan ditemukan pada 1917 di kebun kopi milik Jonathan Rig di Ciampea, Bogor
4. Prasasti Ciaruteun, di Ciampea, Bogor. menceritakan tentang telapak kaki Purnawarman sebagai penguasa kerajaan Tarumanegara
5. Prasasti Muara Cianten di Ciampea, Bogor.
6. Prasasti Jambu, di Nanggung, Bogor. menceritakan tentang kekuatan raja Purnawarman.
7. Prasasti Pasir Awi di Citeureup, Bogor.
Dibawah prasasti tersebut merupakan tempat bertemunya sungai Cisadane dan Ciaruteun. sungai-sungai tersebut seperti sungai suci Yamuna dan Gangga di India.Berita asing mengenai kerajaan Tarumanegara dari berita Fa Hien, dinasti Sui dan dinasti TAng yang menceritakan mengenai orang yang datang ke China dari To-lo-mo atau Tarumanegara dan mereka merupakan orang-orang yang beragama Hindu. Raja terakhir Tarumanegara adalah Linggawarman pada 669, karena Tarumanegara kalah dari kerajaan Sriwijaya.